PSIKOLOGI PENDIDIKAN
MAKALAH
“Diajukan
untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan”
Disusun
oleh :
Kelompok
IV
1. Ainun
Selvi Sudrajat
2. Lestari
Ayu
3. Nida
Romadhona
4. Susrini
Devi
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik. Atas izin Allah akhirnya tersusun makalah
yang berjudul “Psikologi Pendidikan” yang
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar pendidikan.
Dengan
demikian penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof.Dr.Hj.Mintarsih
Danumihardja M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang telah memberikan ilmu-ilmu dan pengetahuannya.
2. Kepada
orang tua kami.
Penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan dan kekurangan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Terimakasih.
Cirebon,
Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
A. Pengertian
Psikologi Pendidikan............................................................................... 3
B. Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan....................................................................... 4
C. Peranan
Psikologi Pendidikan di Sekolah................................................................. 6
D. Manfaat
Psikologi Pendidikan bagi Guru.................................................................. 7
BAB
III PENUTUP.............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan................................................................................................................ 12
B. Saran.......................................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan individu merupakan
suatu proses perubahan terus menerus sepanjang hidup individu yang
bersangkutan. Perkembangan ini merupakan perpaduan antara tenaga-tenaga asli
dari dalam diri individu itu an tenaga dari luar (lingkungan). Dari kedua
tenaga yang disebutkan tadi terdapat dua kemungkinan yangakan terjadi pada
individu, kedua tenaga tersebut dapat menjadikan individu itu berkembang dengan
lancar tanpa gangguan yang disebut dengan perkembangan positif, atau berkembang
dengan penuh gangguan dan disebut dengan perkembangan negatif.
Pada diri manusia baik anak-anak
maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala kejiwaan hal ini tentu saja erat
kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala kejiwaan terdapat sensasi dan
persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan. Setiap anak mempunyai
kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja kekurangan atau
kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan semua bakat dan
kemampuan pada anak dapat dikembangkan. Orang tua dan guru dapat membantu anak
dalam memenuhi kebutuhannya akan perwujudan diri. Pengembangan pribadi anak
akan dapat diperoleh melalui proses belajar di mana proses belajar ini akan
dapat meningkatkan kepribadian dan berupaya untuk memperoleh hal-hal baru yang
dapat memperbaiki dan meningkatkan kontradiksi-kontradiksi dalam hidup.
Dengan demikian perkembangan adalah
hasil dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan individu yang
bersangkutan selama hidupnya. Kedua hal tersebut tergantung dari bagaimana
individu itu menanggapi dan dipengaruhi pula oleh bagaimana lingkungan
menyajikannya.
Dengan melihat latar belakang di
atas, penulis mencoba memaparkan permasalahan tentang perkembangan individu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan psikologi pendidikan ?
2. Apa
saja yang menyangkut dengan ruang lingkup psikologi pendidikan ?
3. Peran
apa untuk psikologi pendidikan di sekolah ?
4. Manfaat
apa saja dalam psikologi pendidikan bagi guru ?
C.
Tujuan
1. Memahami
tentang pengertian pendidikan.
2. Mengetahui
ruang lingkup psikologi pendidikan.
3. Mengetahui
peranan psikologi pendidikan disekolah.
4. Mengetahui
beberapa manfaat dalam psikologi pendidikan bagi guru.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikologi Pendidikan
Psikologi
Pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan.
Keberhasilan
seorang guru dalam mengajar sangat berkaitan dengan penguasaan sains serta seni
dan keahlian mengajarnya.
Psikologi
pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia
pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum,
proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta
beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik,
orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai
secara sempurna dan tepat guna.
Psikologi
Pendidikan, menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi dan bukan
psikologi itu sendiri. Para ahli menganggap bahwa psikologi pendidikan tidak
memiliki konsep, teori dan metode tersendiri.
Menurut
Arthur, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang
berkaitan dengan teori masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai
berikut : 1). Penerapan prinsip-prinsip belajar didalam kelas, 2). Pengembangan
dan pembaruan kurikulum, 3). Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, 4). Sosialisasi
proses-proses dan interaksi tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif dan
5). Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Sedangkan
psikologi pendidikan secara sederhana menurut Barlow (1985) adalah sebuah
pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sunber
untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar
mengajar secara lebih efektif. Definisi psikologi pendidikan yang dikemukakan
oleh Barlow tersebut lebih memberikan tekanan pada sekitar proses interaksi
antara guru sebagai pengajar dan siswa sbagai objek yang belajar didalam kelas.
Sementara
psikologi pendidikan menurut Tardif (1989) , adalah sebuah bidang studi yang
berhubungan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha
kependidikan mencakup :
1.
Context
of teaching and learning (berhubungan dengan situasi dan
tempat terjadinya proses belajar dan mengajar).
2.
Process
of teaching and learning (berhubungan dengan
tahapan-tahapan dalam proses belajar mengajar).
3.
Outcomes
of teaching and learning (berhubungan dengan hasil-hasil
yang dicapai dalam proses belajar dan mengajar).
Definisi ini
menekankan bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang
proses-proses dan faktor-faktor dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan manusia.
Berdasarkan dari
berbagai definisi tersebut, maka psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset
dan kajian, yaitu :
1.
Siswa, yaitu individu yang sedang
belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor yang mempengaruhi dan prestasi
yang dicapai.
2.
Guru, yaitu individu yang berkewajiban
atau bertugas mengajar termasuk metode, model strategi dan lain-lain yang
berhubungan dengan penyajian materi pelajaran (Syah, 2000).
B. Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan
Pada dasarnya, manusia sejak
dalam kandungan, secara tidak langsung telah dididik oleh orang tua, misalnya
masalah pengendalian emosi dari orang tua. Pendidikan ini tidak pernah terhenti
bahkan berlanjut hingga sampai anak dilahirkan. Pendidikan tergantung pada
masing-masing individu. Namun demikian, bila kita menarik sebuah kesimpulan
bahwa tujuan pendidikan adalah terjadinya suatu perubahan tingkah laku kearah
lebih maju dan untuk mengembangkan potensi-potensi secara maksimal yang telah
dimiliki oleh individu.
Pendidikan dapat pula
diartikan sebagai suatu usaha sadar, sengaja dan bertanggung jawab yang
dilakukan oleh seorang pendidik atau guru terhadap anak didiknya ke tarafnya
yang lebih maju. Pendidikan sebagai suatu produk meliputi semua perubahan yang
berlangsung sebagai hsil partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman
belajar. Oleh karena itu, dalam tujuan pendidikan tidak terleps dari tingkah
laku atau perbuatan individu, sehingga merupakan jembatan atau titik temu
antara psikologi dan pendidikan.
Psikologi pendidikan dalam
hal ini adalah disiplin ilmu psikologi yang secara khusus mempelajai, meneliti
dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan
yang mliputi : tingkah laku belajar-mengajar, tingkah laku mengajar dan tingkah
laku belajar-mengajar (interaksi antara siswa dan guru) (Smith. S dalam
Dalyono,2001).
Namun ini persoalan
psikologis dalam psikologi pendidikan adalah terletak pada siswa, tanpa
mengabaikan persoalan psikologi guru. Dan pendidikan pada hakikatnya adalah
pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh karena itu, ruang lingkup
pokok bahasan dari psikologi pendidikan, selain dari teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, psikologi
pendidikan juga memperhatikan berbagai aspek psikologis para siswa terlibat
dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka banyak ahli merumuskan ruang lingkup psikologi
pendidikan antara lain adalah:
1.
Pokok bahasan mengenai “belajar”
meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar
siswa dan sebagainya.
2.
Pokok bahasan mengenai “proses belajar”
meliputi tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar
siswa.
3.
Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”
yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik
terutama yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa. (Dalyono (2001)).
Berdasarkan
dari uraian pokok-pokok bahasan tersebut, menjadi sangat jelas bahwa masalah
belajar (learning) adalah masalah
yang paling vital dan sentral dalam pembahasan psikologi pendidikan. Dari seluruh
proses pendidikan, kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan, tergantung pada
proses belajar siswa, baik ketika di dalam kelas maupun di luar kelas.
Salah satu
aplikasi psikologi sebagai ilmu adalah dalam pendidikan, di samping
bidang-bidang lainnya seperti psikologi sosial, psikologis klinis, psikologi
perkembangan, psikologi industri, psikometri dan lain-lain.
C.
Peranan
Psikologi Pendidikan di Sekolah
Menurut
Crow dan Crow (1987), bahwa pendidikan terbagi atas dua, yaitu : Pendidikan
Formal dan Pendidikan Informal.
1.
Pendidikan
Formal
Yang
dimaksud pendidikan formal adalah pendidikan yang didapat dari belajar yang
mempergunakan program terencana, biasanya disebut pendidikan sekolah. Para ahli
psikologi dan pendidikan tentu saja tidak meremehkan pendidikan informal, akan
tetapi mereka beranggapan bahwa nilai kegunaan prinsip-prinsip psikologis
adalah usaha untuk membantu anak-anak atau orang dewasa mendapat
pengalaman-pengalaman dari pendidikan formal.
Guru
adalah seorang pendidik di sekolah, dan sebagai seorang pendidik perlu
menggunakan hasil-hasil penyelidikan psikologi dalam tugasnya, sehingga dapat
memahami anak didiknya dan dapat mencari jalan keluar dalam suatu permasalahan
yang dihadapi peserta didik.
Selain
itu, psikologi pendidikan sebagai bagian dari studi psikologi, berysaha sejauh
mungkin untuk lebih berhasil dalam memformulasikan tyujuan pendidikan,
penyusunan dan kurikulum dan pengorganisasian proses belajar mengajar.
Oleh
karena itu, menurut Suryobrata (dalam Rumini, 1993) psikologi pendidikan
disekolah berusaha memecahkan masalah-masalah sebagai berikut:
a.
Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas
belajar.
b.
Teori dan proses belajar.
c.
Hubungan antara taraf kematangan dengan
taraf kesiapan belajar.
d.
Perbedaan individu dan pengaruhnya
terhadap hasil pendidikan
e.
Perubahan batiniah yang terjadi selama
belajar.
f.
Hubungan antara tekhnik mengajar dan
hasil belajar.
g.
Teknik efaluasi yang efektif antar kemajuan yang dicapai anak didik.
h.
Perbandingan hasil pendidikan formal dan
pendidikan informal atas individu.
i.
Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan
yang dimiliki para petugas pendidikan (guru)
j.
Pengaruh kondisi sosial anak didik atas
pendidikan yang diterima.
2.
Pendidikan
Informal
Pendidikan
informal adalah pendidikan yang didapat dari belajar yang secara relatif kurang
atau tanpa disadari, yang berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari.
D.
Manfaat
Psikologi Pendidikan bagi Guru
Guru
sebagai pengajar, perlu memiliki beberapa hal sebagai syarat mengajar dengan
baik, agar tujuan pendidikan tercapai. Guru hanya sebagai salah satu faktor
yang mempengaruhi pendidikan di sekolah di samping faktor yang lain seperti :
faktor murid, faktor sekolah sebagai sistem sosial, sekolah sebagai institusi
dan faktor-faktor situasional.
Berikut
ini duraikan masing-masing faktor tersebut secara singkat :
1.
Faktor
Murid terdiri dari :
a)
Faktor
psikis
1.
Intelegensi
Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psikofisik untuk menanggapi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan , dengan cara yang tepat.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi
siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
siswa.
Oleh karena itu, tindakan yang dipandang
lebih bijaksana yaitu dengan cara memindahkan siswa dan memberikan tempat bagi
yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi agar memberikan pendidikan khusus
guna memberikan kepada siswa yang
mempunyai intelegensi rendah.
2.
Sikap
Siswa
Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif. Siswa yang positif terutama kepada mata
pelajaran yang disajikan, merupakan pertanda awal yang baik bagi proses awal
belajar siswa terhadap mata pelajaran yang dapat menimbulkan kesulitan.
Dalam istilah kecenderungan, terkandung
pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seorang berkenaan dengan suatu
objek, dan arah tersebut bersifat mendekati dan menjauhi dan dilandasi oleh
perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek tertentu.
3.
Bakat
Siswa
Secara umum, bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Secara global bakat itu mirip dengan intelegensi, sehingga bakat
akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang
tertentu.
4.
Minat
Siswa
Secara sederhana, minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai partisipasi dalam suatu aktivitas.
5.
Motivasi
Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan
internal organisme, baik manusia ataupun hewan, yang mendorong untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah
laku secara terarah.
Implikasi motivasi untuk bidang pendidikan
yang lain adalah dalam hal memotivasi pelayanan. Pelayanan yang dimaksud adalah
proses memberi bantuan dengan sepenuh hati kepada konsumen dengan menyisihkan
waktu untuk memahami orang lain dan peduli terhadap perasaan mereka.
Teori ini banyak dikembangkan antara
lain oleh Patricia Patton yang mengatakan bahwa pelayanan sepenuh hati adalah
kecerdasan emosional yang berfokus kepada memanusiakan
manusia. Bahwa motivasi adalah proses pemenuhan secara langsung dan
memerlukan intensi harmonis.
b)
Faktor
Fisiologis
faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan dua kategori yaitu :
pertama,
keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi
aktivitas belajar seseorang.
Kedua,
keadaan
fungsi jasmani atau fisiologis selama proses belajar berlangsung. Peran fungsi
fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indera. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa
perlu menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun secara
yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik,
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya.
2.
Faktor
Guru
Dalam
hal ini meliputi semua efektivitas guru dalam proses mengajar.
3.
Faktor
Sosial di Sekolah antara lain :
a)
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik disekolah.
b)
Lingkungan sosial masyarakat, kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
c)
Lingkungan sosial keluarga, lingkungan
ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orang tua, demografi (letak rumah), pengelolaan keluarga semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
4.
Faktor
Lingkungan non Sosial atau Situasional
a)
Lingkungan alamiah, seperti kondisi
udara segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar tidak terlalu silau atau tidak
terlalu lemah, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah merupakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa .
b)
Faktor instrumental, yaitu perangkat
belajar yang dapat digolongkan dua macam pertama, hardware seperti
gedung, lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua, software seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan
sebagainya.
c)
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan
kesiswa)
Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, dapat
memberikan konstribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
Sedangkan
menurut Mahmud (1989), agar guru mengajar bisa efektif maka ada beberapa hal
yang harus di tempuh, yaitu 1. Langkah sebelum mengajar. 2. Langkah ketika
pelaksanaan mengajar dan 3. Langkah sesudah mengajar.
Adapun
langkah-langkah tersebut akan dibahas dibawah ini.
1.
Langkah
sebelum mengajar, yaitu :
·
Menentukan tujuan pengajaran atau pembelajaran.
·
Memilih strategi mengajar dan
mengumpulkan bahan-bahan pengetahuan untuk mengajar.
·
Guru harus menyadari tingkat kesiapan
murid.
·
Merencanakan cara penilaian.
2.
Langkah
pelaksanaan mengajar
Langkah ini meliputi
strategi-strategi yang telah dirancang agr tercapai tujuan pengajaran.
Langkahnya adalah komunikasi, kepemimpinan, motivasi, dan kontrol.
3.
Langkah
sesudah mengajar
Langkah ini berupa
pengukuran dan penilaian hasil mengajar.
Menurut Winkel (dalam
Rumini dkk. 1993), agar guru dapat mengajar dengan efektif, maka harus memiliki
keterampilan didaktis dan menggunakan gaya-gaya memimpin kelas, oleh karena itu
guru harus bertindak sebagai :
·
Seorang inspirator.
·
Seorang pendidik yang baik, bersikap
empati yitu berusaha menyelami alam pikiran dan perasaan siswa.
·
Seorang pengelola proses belajar yang
mampu.
·
Seorang pemegang reinforcement yang bijaksana.
Namun
sebelum menjadi seorang guru, maka ada beberapa persiapan yang bersifat
psikologis diantaranya :
a.
Sebagai calon guru, harus mempunyai
pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar psikologi perkembangan dan
perilaku manusia.
b.
Mempunyai keterampilan minimal
dalam menggunakan teknik-teknik yang
tepat untuk mempelajari kemampuan minat dan tingkat kesiapan belajar muridnya.
c.
Mampu
mempertimbangkan nilai-nilai
psikologik dari bermacam-macam prosedur mengajar.
d.
Dalam menganalisis dan meneliti cara
belajar, kekuatan dan kelemahan belajarnya sendiri setelah mempelajari
aspek-aspek psikologis dari pendidikan. (Mahmud, 1989).
Berdasarkan
uraian tersebut, tampak penting aspek-aspek psikologis dari pendidikan bagi
seorang guru maupun calon guru, sehingga dengan mempelajari psikologi
pendidikan, seorang calon guru dapat memaksimalkan untuk meningkatkan peranan
guru dan ketercapaiannya proses belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Psikologi
Pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan.
Keberhasilan
seorang guru dalam mengajar sangat berkaitan dengan penguasaan sains serta seni
dan keahlian mengajarnya.
Psikologi
pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia
pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum,
proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta
beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik,
orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai
secara sempurna dan tepat guna.
B.
Saran
Setelah
membacanya makalah yang penulis buat, bagi setiap orang terutama calon guru
agar dapat memahami aspek-aspek psikologis dari pendidikan, mempelajari
psikologi pendidikan dan dapat memaksimalkan untuk meningkatkan peranan guru
dan ketercapaiannya proses belajar mengajar dan menjadikan guru profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Islamuddin Haryu.2011.Pikologi Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Belajar.
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_pendidikan
(diakses tanggal 8 Desember 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar