KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tata
Bahasa dan Transformasi” , semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca dapat
memahaminya secara luas.
Berbagai sumber referensi dasar untuk
memperkuat pembahasan dan membangun kerangka penyajian yang komperehensif, agar
mudah dipahami dan dapat memenuhi harapan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih mempunyai kekurangan baik dari segi teknis maupun isi, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi pembuatan
makalah selanjutnya. Oleh karena itu, penulis berharap agar makalah ini dapat
dijadikan sebagai paham pembelajaran dan berguna bagi pembacanya.
Cirebon,
8 Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dunia ilmu, termasuk linguistik, bukan
merupakan kegiatan yang statis melainkan merupakan kegiatan yang dinamis,
berkembang terus sesuat dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu mencari
kebenaran yang hakiki. Begitulah, linguistik struktural lahir karena tidak puas
dengan pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistik tradisonal dalam
menganalisis bahasa.
Sekian puluh tahun linguistik struktural
digandrungi sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis
bahasa, walaupun model struktural itu pun tidak hanya satu macam. Kemudian
orang pun merasa bahwa model struktural juga banyak kelemahannya, sehingga
orang mencoba merevisi model struktural itu disana-sini, sehingga lahirah
aliran lain yang agak berbeda , meski banyak persamaannya, dengan model
struktural semula.
Perubahan total terjadi dengan lahirnya
linguistik transformasional yang mempunya pendekatan dan cara yang berbeda
dengan linguistik struktural . namun, kemudian model transformasi itu pun
dirasakan orang banyak kelemahannya, sehingga orang membuat model lain pula,
yang dianggap lebih baik, misalnya model semantik generatif, model tata bahasa
kasus, model tata bahasa relasional dan model tata bahasa stratifikasi.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang terjadi di revolusi 1957 ?
2. Apa
tujuan teori linguistik ?
3. Apa
data linguistik ?
4. Apa
yang dimaksud dengan generative ?
5. Seperti
apa ketidakterbatasan ?
6. Apa
yang dimaksud dengan ekplisit ?
7. Bagaimana
srtuktur frase ?
8. Apa
yang dimaksud dengan transformasi ?
9. Apa
yang dimaksud dengan kaidah morfofonemik ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
Revolusi 1957
2. Memahami
Tujuan Teori Linguistik
3. Mengetahui
Data Linguistik
4. Mengetahui
Generative
5. Memahami
Ketidakterbatasan (Infinity)
6. Memahami
Eksplisit
7.
Mengetahui Kaidah Struktur Frase (Phrase Structure Rules)
8. Memahami
Transformasi
9. Mengetahui
Kaidah Morfofonemik (Morphophonemic
Rules)
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Revolusi
1957
Pengaruh teori Chomsky dengan bukunya
yang pertama Syntactic Structure (1957) dianggap sebagai
revolusioner dalam arena ilmu bahasa khususnya di Amerika. Pada tahun itu
aliran linguistik yang sedang banyak berperan adalah struktural. Selain itu
pemerian-pemerian bahasa pada pokoknya mengikuti dua kerangka kerja, yaitu mulai
dengan teks atau dengan contoh. Seorang linguis mulai memberikan bahasa mulai
dengan teks tertentu, terus mengenal kategori-kategori dalam teks itu, lalu
menganalisisnya butir demi butir. Atau dia menekuni bahasa menurunkan garis
besarnya yang menyeluruh dari kategori-kategorinya, lalu memberikan ilustrasi
dengan contoh-contohnya
Kalau dua cara kerja di atas dikaji
banding, yang pertama memiliki ukuran validitas lebi sempit, tetapi memiliki
ketepatan yang lebi besar. Ini menurunkan informasi yang lebih tepat dari
peristiwa-peristiwa yang kurang banyak karena hanya melihat peristiwa yang
teramati dalam teks saja. Transformtional
grammar (TG) menampilkan cara yang kedua. Ia menurunkan teori generative model pemeriannya
ditampilkan dalam seperangkat aturan-aturan untuk membangkitkan kalimat.
Gagasan pokok aliran ini bisa dimengarti sekalipun oleh orang yang belum
memiliki pengalaman tentang ujaran (yanag diselidiki). Menurut Chomsky di
sinilah kelebihan aliran ini dari pada traditional grammer.
Kelompok struktural, khususnya bloomfield,
berpendapat bahwa keilmuan linguistik bergerak mengikuti tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Observasi
2. Laporan
observasi
3. Pernyataan-parnyataan
hipotesis
4. Perhitungan
5. Pendugaan
6. Uji
coba dugaan-dugaan dengan observasi lanjut
Gagasan
Chomsky dianggap revolusioner karena bahasa telah didefinisikan kembali. Bahkan
tidak lagi dianggap sebagai korpos ujaran semata, tetapi lebih merupakan
pranata abstrak dari aturan-aturan yang mendasari ujaran itu.
2.
Tujuan
Teori Linguistik
Telah disepakati bahwa linguis adalah
seorang ilmuan yang mempunyai pokok bahasa. Dia bertigas menganalisis dan
mengklasifikasikan fakta-fakta ujaran dengan cara sedemikian rupa hingga bisa
menerangkan segala ujaran yang diucapakan.
Mudah dipahami bahwa tujuan analisis
lingustik adalah untuk mencapai kategorisasi dan simplikasi ujaran-ujaran
dengan proses idenifikasi kesatuan-kesatuan yang berulang-ulang hingga
menimbulkan seperangkat abstrak jenis-jenis ujaran.
Butir revolusioner Chomsky kedua, yaitu:
linguistik tidak lagi merupakan ilmu yang mengklasifikasikan (data) tetapi
bersifat menerangkan (bahasa), dengan penggertian bahwa tugas utama lingus
bukan lagi mengumpulkan dan mengklasifikasikan ujjjaran, tetapi berusaha
memformulasikan teoti yang menyemesta dari bahasa, yang pada gilirannya dipakai
untuk menghasilkan teori yang eksplisit daristruktur sistem yang mendasari
tingkah laku bahasa seorang penutur.
3.
Data
Linguistik
Data
linguistik dalam penelitian apapun memegang peranan yang sangat penting. Ia
tidak saja berfungsi sebagai pengarah jalannya penelitian tetapi lebih sebagai
pisau analisis yang akan digunakan dalam "membedah" data dari
konteksnya. Dan tidak bisa keluar dari lingkaran dan ujaran, khususnya mengenai
makna. Pembatasan pada data ujaran ini mempunyai dalih untuk mengejak
nkeobyektifan, dan sebagai reaksi terhadap pendekatan tradisional grammar yang
selalu berorientasi pada makna.
Sudaryanto
(1993) mengemukakan dua metode data dalam penelitian linguistik yaitu
1.
metode padan
2.
metode agih
Alat penentu metode padan, terlepas
dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Alat penentu yg
dimaksud dapat dikelompokkan atas lima sub jenis yaitu
a.
alat penentunya
referensial (metodenya disebut referensial)
b.
alat penentunya
berupa organ wicara (nama metodenya fonetis artikulatoris)
c.
alat penentunya langue lain (metodenya bernama
translasional)
d.
alat penentunya tulisan (nama metodenya ortografis
e.
alat penentunya
mitra wicara (metodenya bernama pragmatis)
Alat penentu
metode agih adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode ini dapat
dikelompokkan atas tujuh sub jenis yaitu pertama teknik lesap, yaitu dengan
cara melesapkan atau menghilangkan unsur-unsur tertentu dalam satuan
lingual tertentu. Teknik kegunaan teknik ini adalah untuk mengetahui kadar
keintian unsur yang dilesapkan. Sebagai contoh, satuan lingual grande
‘besar” pada une grande maison ‘rumah besar’ bersifat tidak inti
sementara unsur maison bersifat inti.
une grande maison
*une grande
une maison
ada berbagai
macam teknik yaitu :
1.
teknik ganti yaitu dengan cara menggantikan satuan
lingual dengan satuan lingual lain. Teknik ini memiliki kegunaan kadar kesamaan
kelas kata atau kategori unsur yang terganti dengan yang mengganti. Sebagai
contoh, kata le livre memiliki kesamaan kategori dengan le portable
dan le sac karena ketiganya dapat saling menggantikan, tetapi tidak
bentuk aller, dan gentil
Le livre
Le portable
Le sac est sur la table
*aller
*gentille
2. teknik
perluas, yaitu dengan cara memperluas satuan lingual tertentu ke kanan atau ke
kiri. Teknik ini berguna untuk mengetahui kesamaan semantis satuan lingual
tertentu. Sebagai contoh, kata sommet dengan kata cime yang
bermakna ‘bagian tertinggi atau puncak’ tampak sebagai padanan kata, tetapi memiliki
perbedaan semantis karena
Le sommet d’un arbe
La cime d’un arbre
Le sommet de l’echelle sociale
*la cime de l’echelle sociale
3. teknik
sisip yaitu dengan cara menyisipkan satua lingual tertentu diantara dua satuan
lingual yang berdampingan. Teknik ini berguna untuk mengetahui kadar keeratan
hubungan kedua unsur yang dipisahkan. Sebagai contoh, satuan homme dan brave
memiliki tingkat keeratan yang rendah karena bisa disisipi untuk lain,
sementara satuan chemin dan de fer memiliki tingkat keeratan yang
tinggi.
Un homme très brave
*Un chemin sefait de fer
4. teknik
balik yaitu dengan cara membalik posisi atau letak satuan lingual tertentu dari
satuan lingual lainnya. Guna teknik ini adalah untuk mengetahui kadar ketegaran
letak satuan lingual yang dibalik. Sebagai contoh, satuan penanda temporal
hier, memiliki ketegaran letak yang rendah, sementara pronomina subjek memiliki
tingkat ketegaran tinggi.
Hier je suis
allé à Jakarta
Je suis allé à Jakarta hier
Je suis allé, hier, à Jakarta
*Suis
je allé à Jakarta hier
*suis
allé à Jakarta hier, je
5. teknik ubah ujud yaitu dengan cara
memparafrasekan satuan lingual sehingga memiliki bentuk lain yang memiliki
pesan yang sama. Salah satu kegunaan teknik ini adalah untuk mengetahui satuan
makna konstituen sintaksis yang disebut peran sintaktik. Seperti pada contoh
satuan la clé, dengan beragam wujud sintaktik, tetap berperan instrumental.
On utilise la
clé pour ouvrir la porte
La clé ouvre la porte
La porte est ouvert à clé
Il se sert d’une clé pour ouvrir la porte
6. teknik ulang yaitu dengan cara mengulang
satuan lingual tertentu. Guna teknik ini adalah untuk mengetahui kejatian atau
identitas satuan lingual tertentu. Dalam bahasa perancis, teknik ini sangat
jarang digunakan, karena dalam morfologis bahasa Perancis, tidak dikenal adanya
bentuk perulangan kata (meskipun ada bentuk pengulangan bunyi dan silabe karena
pengaruh onomatope). Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya bentuk
Rumah >> rumah-rumah (jamak)
Makan >> makan-makan (perbuatan yang tak pasti)
Cantik >> cantik-cantik (semuanya cantik).
3. Generative
GENERATIVE mengandung dua makna yaitu :
1.
Produktivitas dan kreativitas bahasa adalah sesuatu yang
dihasilkan
penutur tanpa terikat oleh berbagai
unsur bahasa itu sendiri
2.
Keformalan dan dan eksplisit dari sudut pandang ini dapat
dikatakan
bahasa dikombinasikan atas unsur dasar
berupa (Fonem, morfem,
dan
lain sebagainya)
Adapun
Gramatika mempunyai pengertian keseluruhan kaidah yang ada pada
jiwa
pemakai bahasa yang mengatur serta berfungsi untuk melayani pemakai
bahasa
Berdasarkan
pengertian tersebut diatas teori Generatif Grammar mempunyai
beberapa
tipe dan yang terpenting adalah tranformasi.
Chomsky mendasarkan teorinya ini atas dasar
asumsi bahwa bahasa menjadi
bagian
dari komponen manusia dan produk khas akal manusia. Karena unsur
yang
membedakan manusia dengan hewan adalah kecerdasan dan kemampuannya
berfikir.
Bagi Chomsky
tata bahasa merupakan system kaidah yang
menghubungkan
bunyi dan arti. Dan tata bahasa itu harus memenuhi dua
syarat
, yakni :
1.
Kalimat yang muncul harus berfungsi dalam ujaran, sebagai
kalimat
yang wajar dan tidak dibuat-buat
2.
Tata bahasa tersebut harus bersifat umum dan tidak
berdasarkan
pada gejala bahasa tertentu
Baginya
kemampuan berbahasa pada manusia bukanlah produk (setting) melainkan potensi
bawaan manusia sejak lahir.
Teori ini ia kemukakan sebagai hasil dari
penelitian yang ia lakukan pada
perkembangan berbahasa seorang anak dalam hal
pemerolehan bahasa
berdasarkan
/teori hipoteseis atau teori kodrati
Melalui
pendekatan nativis Chomsky mengemukakan bahwa adanya ciri-ciri
bawaan
bahasa untuk menjelaskan pemerolehan bahasa asli pada anak dalam
tempo
begitu singkat sekalipun ada sifat amat abstrak dalam
kaidah-kaidah
bahasa tersebut
Seorang
anak dapat menguasai bahasa ibunya dengan mudah dan cepat,
bahkan
pengetahuan itu juga diikuti oleh sense of language dari bahasa
itu,
yang lebih mengarah pada keterampilan dalam tata bahasa. Mereka
dapat
mengenal bahasa itu sehingga mampu merangkai kalimat dengan tepat,
meski
mereka tak mungkin bisa menjelaskannya.
Hal
itu, ia yakini sebagai kemampuan naluriah yang diberikan oleh Tuhan
kepada
manusia. Suatu hal yang mustahil bila kemampuan itu dianggap
sebagai
hasil pembelajaran, dari alam atau kedua orang tuanya.
Penguasaan
terhadap tata bahasa sebuah bahasa bukanlah hal yang mudah,
terlebih
untuk tingkat kanak-kanak.
Menurut
Chomsky, focus teori bahasa adalah upaya menandai kemampuan
abstrak
yang dimiliki pembicara, memungkinkan pembicara menggunakan
kalimat-kalimat
yang secara gramatikal benar dalam suatu bahasa
Kaidah-kaidah
yang sangat Chomsky perhatikan ini mencakup atas
(fonetik,
fonologi, morfologi, sintaksis dan makna-makna). Tetapi, Chomsky lebih focus
pada aspek amaliyah atau praktik dari kaidah sintaksis dan morfologi secara
khusus.
karena menurutnya aspek amaliahlah yang asli
dan pokok berupa kalimat
yang
menjadi pokok untuk membentuk bahasa dan analisa bahasa, kemudian
kepadanya
kaidah-kaidah fonetik dan makna-makna itu didasarkan
Teori
Generatif i yang diletakan oleh Chomsky adalah teori
modern
paling menonjol yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan
masalah
kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan
pengetahuan
Bahwa manusia lahir dengan kapasitas genetic juga mempengaruhi kemampuan
kita
memahami bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah
kontruksi
system bahasa yang tertanam dalam diri kita. Menurut Chomsky,
pengetahuan
bawaan ini diumpakan dengan “kotak hitam kecil” di otak,
sebagai
sebuah perangkat pemerolehan bahasa atau language acquisition
device
(LAD). McNeill (1966) memaparkan LAD meliputi empat perlengkapan
linguistic
bawaan
1.
Kemampuan membedakan bunyi wicara dari bunyi-bunyi lain di
lingkungan
sekitar
2.
Kemampuan menata data linguistic ke dalam berbagai kelas yang
bis
adisempurnakan kemudian
3.
Pegetahuan bahwa hanya jenis system linguistic yang mungkin
sedang
yang lainnya tidak
4.
Kemampuan untuk terus mengevaluasi mengevaluasi system
linguistic
yang berkembang untuk membangun kemungkinan system paling
sederhana
berdasarkan masukan linguistic yang ada
Walaupun
harus diakui bahwa LAD secara harfiah bukanlah segugus sel otak
yang
bisa ditunjuk dan ditentukan letaknya dan ditentukan letaknya.
Namun
demikian, para Chomskyan berpendapat bahwa gagasan tentang bakat
linguistic
bawaan sepenuhnya cocok dengan teori generative; anak-anak
diyakini
memanfaatkan kemampuan bawaan untuk menghasilkan sejumlah
ujaran
yang kemungkinannya tak terbatas.
Untuk
melanjutkan penyelidikan tentang hal ini, maka kaum nativis
melakukan
sebuah penelitian yang kemudian dikenal sebagai “tata bahasa
universal
“ (universal grammar). Hal ini berkaitan erat dengan masalah
logika
bahasa (input bahasa) dan kemampuan berbahasa, dalam pandangan
Chomsky
dan para pendukungnya, terkandung istilah yang dinamakan
“kaidah-kaidah
alami universal” (the innate universal
grammar)”.
Kaidah
alami-universal ini merupakan kemampuan akal yang tertata yang
dengannnya
manusia bisa mengetahui kaidah-kaidah bahasa tanpa
mempelajari
kaidah-kaidah ini dalam bentuk teori tradisional
Pada
umumnya, semua bahasa memiliki kesamaan kaidah-kaidah dan system
yang
bersifat universal dan tidak ada kekhususan bagi bahasa tertentu
yang
terdapat pada anak, meskipun berbeda bahasa dan pendidikannya.
Artinya,
kaidah ini mengandung system yang permanen yang ada dalam akal
manusia
Karena
itu, pemerolehan kaidah-kaidah ini merupakan kemampuan kodrati
yang
dimiliki semua orang yang normal, apapun bahasa ibunya, atau apapun
budan
dan tingkat pendidikannya.
4.
Ketakterbatasan
(infinity)
Korpus, bagaimanapun besarnya, merupakan
sejumlah kalimat yang terbatas, sedangkan kalimat dalam satu bahasa tidak
terbatas. Keterbatasan ini terpulangkan pada apa yang disebut recursion bahwasanya alat linguistik
yang sama bisa dipakai secara berulang-ulang. Satu contoh yang sering disebut
ialah seperti :
This is house.
This is the house that
jack built.
This the corn that lay
in the house –that jack built.
This is the rat that
ate corn that lay in the house that jack built.
This is the that . . .
dsb.
Ini
bisa diteruskan sampai tak terhingga. Hal serupa bisa pula dalam menambahkan
kata sifat pada kata benda, seperti :
the old man
the little old man
the clever little old man.
. .dsb.
kalaulah jumlah kalimat takterbatas, tidaklah berarti bahwa bahwa grammar-nya tak terbatas pula. Justru grammar-nya memiliki seperangkat aturan
yang terbatas seperti seperangkat angka 0-9, tetapi mampu membangkitkan segala
kalimat takterbatas, seperti seperangkat bilangan yang takterbatas. Fenomena
inilah yang dicoba dianalogikan dengan dua deret bilangan di atas tadi.
Transformational Grammar menyajikan karakterisasi maternatis dari kompetensi
yang dimiliki para pemakai bahasa tertentu.
Di atas disebut, grammar harus sanggup membangkitkan semua kalimat yang mungkin.
Kalau keharusan ini di penuhi, kita memiliki apa yang diistilahkan observational adequacy atau weak adequacy. Disebut lemah karena
banyak kalimat yang secara jelas dan takbisa diterima. Jadi, harus disusun grammar yang meungkinkan kalimat yang
bisa diterima. Inilah yang Chomsky sebut weak
adequacy.
Disebut pula grammar harus mencerminkan pengetahuan intuisi mengenai bahasa itu
atau dengan perkataan lain, grammar harus
mampu menyatakan pengetahuan ini ndalam kisi-kisi mekanisme generatif,
umpamanya mampu membedakan kalimat yang berdwiarti dan tidak, atau kalimat yang
secara sintaksis sama tetapi semantik tidak sama. Kalau grammar memenuhi kemestian ini, grammar
itu memenuhi deskriptive adequacy dan
strong adequacy. Untuk memenuhi
strong adequacy ini, gaya distributional dalam menyusun prosedur mekanistis
dalam penemuan grammar harus
ditinggalkan (Ducrot & Tudorov 1981:39,40).
5.
Eksplisit
TG
harus eksplisit artinya grammar ini
menyajikan sejumlah misalnya tentang :
a. Apa
kalimat
b. Apa
struktur internal kalimat
c. Bagaimana
kalimat dinyatakan secara fonetik
d. Bagaimana
kalimat ditafsirkan secara semantik
e. Kalimat-kalimat
apa yang ditafsirkan sama
f. Kalimat-kalimat
apa yang ditafsirkan berbeda kalau penampilan lahirnya sama.
Tentunya, tidak ekonomis untuk menyusun
gramatik tentang kebahasaan seperti
diatas. Akan tetapi, dengan seperangkat aturan yang generatif tadi segala
masalah seperti tercantum di atas akan terwadahi, berkat adanya recursiveness atau recursion yang disebut terdahulu.
6.
Kaidah
Struktur Frase (Phrase Structure Rules)
Komponen yang paling mendalam dalam TG adalah sintaksis penyusunan
kalimat. Sintaksislah yang member tahu kita bagaimana kata-kata yang mengacu
pada konsep itu saling berhubungan
dengan eratnya.
Dalam komponen sintaksis, ada dua jenis kaidah pokok yaitu (1) phrase structure rules, dan (2) transformational rules. Perlu sekali lagi disimak bahwa gagasan dasar dalam syntactic structure adalah bahwa: system kaidah-kaidah gramatik untuk menghasilkan kalimat-kalimat dan penyusunan pemberian struktur mesti terdiri atas tiga bagian, yaitu phrase structure rules, transformational rules dan mophrophonemic rules.
Kaidah struktur frase bisa pula diartikan sebagai teori unsure bawahan langsung. Ini memperhatikan bagaimana kalimat itu disusun dengan tata urutnya. Karena tujuan kita akan menghasilkan kalimat-kalimat, kaidah dalam bentuk rumus ini dimulai dengan kalimat (S = sentence). Kaidah itu sendiri dinyatakan dalam symbol atau seperangkat symbol sebelah kanan tanda panah. Panah itu berarti tertulis kembali atau terdiri atas.
Dimulai dengan aksioma S dan terus mengikuti symbol akhir (terminal symbols yang tidak bisa diuraikan lebih lanjut – dalam hal ini. Kata). Anda bisa menghasilkan (to generate) kalimat semau anda.
Seperangkat aturan diatas ini dikatakan saripati atau berasal mula dari kalimat; dalam hal ini The man read a book. Dalam pembahasan ini, sering ditemui istilah string, yaitu deretan symbol, dan terminal string, adalah deretan symbol terakhir yang tidak bisa diuraikan lebih jauh. Dalam contoh diatas terminal stringnya adalah the + man + read + a + book.
Dalam komponen sintaksis, ada dua jenis kaidah pokok yaitu (1) phrase structure rules, dan (2) transformational rules. Perlu sekali lagi disimak bahwa gagasan dasar dalam syntactic structure adalah bahwa: system kaidah-kaidah gramatik untuk menghasilkan kalimat-kalimat dan penyusunan pemberian struktur mesti terdiri atas tiga bagian, yaitu phrase structure rules, transformational rules dan mophrophonemic rules.
Kaidah struktur frase bisa pula diartikan sebagai teori unsure bawahan langsung. Ini memperhatikan bagaimana kalimat itu disusun dengan tata urutnya. Karena tujuan kita akan menghasilkan kalimat-kalimat, kaidah dalam bentuk rumus ini dimulai dengan kalimat (S = sentence). Kaidah itu sendiri dinyatakan dalam symbol atau seperangkat symbol sebelah kanan tanda panah. Panah itu berarti tertulis kembali atau terdiri atas.
Dimulai dengan aksioma S dan terus mengikuti symbol akhir (terminal symbols yang tidak bisa diuraikan lebih lanjut – dalam hal ini. Kata). Anda bisa menghasilkan (to generate) kalimat semau anda.
Seperangkat aturan diatas ini dikatakan saripati atau berasal mula dari kalimat; dalam hal ini The man read a book. Dalam pembahasan ini, sering ditemui istilah string, yaitu deretan symbol, dan terminal string, adalah deretan symbol terakhir yang tidak bisa diuraikan lebih jauh. Dalam contoh diatas terminal stringnya adalah the + man + read + a + book.
7.
Transformasi
Transformasi
generatif sebelum
lahirnya TG khususnya taxonomic gramar pada
pokoknya berkenaan dengan analisis kalimat yang dipecah menjadi beberapa bagian
dengan pemerian fungsinya. Satu kelemahan cara ini adalah memungkinkan adanya
dua kalimat yang diberi pemerian sama. Atau tepatnya, dua korpus yang
sebenarnya memeiliki perbedaan hakiki disimpulkan sama. Kita tekuni contoh
populer sepasang kalimat ini:
The
man is eager to please.
The man is easy to please.
Menilik
strukturnya, keduanya persis sama, keduanya berpola kalimat sama, yaitu S + to be + adjective +to infinitive.yang
berbeda hanyalah kosa kata ajektive:
Eager
The
man is to please
Easy
Kalau kita kaji lebih teliti, ternyata
kedua kata sifat eager dan easy memiliki kedalaman semantik
tersendiri dan juga membawa dampak struktural sintaksis yang mandiri pula.
Buktinya lebih kedua kalimat di atas diungkapkan dengan cara lain,tetapi
dibahasakan dengan pola yang sama, kedua kalimat tersebut jelas berbeda.
Bila kita menggunakan IC analysis, kedua kalimat diatas akan diperlakukan sama, padahal
ada kedalaman yang berbeda. Barangkali kita menyimpulkan begini. Dalam kedua
kalimat di atas, the man mempunyai
dua peran yang berbaeda. Pada kalimat pertama, the man yang melakukan pekerjaan pleasing ; pada kalimat kedua, the
man yang menjadi objek pleasing.
Dengan dibahasakan dalam gaya TG, kita katakan bahwa the man sebagai underlying
subject kalimat pertama dan sebagai underlying
object kalimat kedua.
Contoh
lagi :
Visiting relatives could be a
nuisance.
Kalimat diatas bisa saja diterngkan sebagai
berikut: visiting relatives berfungsi sebagai subjek, cuold sebagai predikat,
a nuisance sebagai komplemen.
Persoalannya: siapakah yang menjadi
gangguan (a nuisance) itu? Jawabanya bisa (1) saudara yang berkunjung atau (2)
mengunjungi saudara yang menjadi
gangguan. Persoalan ini tidak terjawab oleh analisis di atas. Inilah akibat
dari analisis yang hanya memandang struktur lahir bahasa. Mengapa tidak
memandang struktur batinnya? Inilah salah satu yang ingin dijawab oleh madhab
TG. Dan banyak kalimat lain yang membawa kesulitan seperti di atas tadi.
Semakin tampaklah alasan kuat kritik kaum
TG, bahwa IC analysis tidak mampu
atau tiada berminat untuk menangani masalah makna. Chomsky menyatakan bahwa
analisis gramatik harus dilakukan pada dua level, yaitu (1) struktur lahir
kalimat dan (2) struktur yang mendasari kalimat,jadi hanya TG-lah yang
menuangkan pandangan-pandangan struktur batin bahasa, disamping menangani
hubungan-hubungan lahiriyah. Sebaliknya, kita teliti sepasang kalimat di bawah
ini.
1.
John
saw mary.
2.
Mary,
was seen by John.
Jelas secara gramatik kedua kalimat di atas
amat sangat berbeda. Namun walaupun struktur lahirnya, bukanlahstruktur
batinnya sama. Si Johnlah yang melihat Mary. Dengan demikian, kalaimat (1)
telah berubah menjadi (2) denagn suatu proses transformasi aktif menjadi pasif.
Inilah salah satu contoh gagasan transformasi. Bisa saja, anda mengambil
kasus-kasus lainya yang serupa, tapi barangkali rumus umumnya adalah: kita ubah
posisi frase kata benda dan masukkan by sebelum frase kat benda dalam
pasifnya dan kita ubah pula kata kerja aktif menjadi pasif, inilah apa yang
Chomsky sebut transformation.
Dalam teori yang paling sederhana, dapatlah
diajukan bahwa transformasi adalah pengembangan satu kalimat menjadi kalimat
lain. Kalimat yang dikembangkan itu disebut kalimat inti. Menurut para
transformationalis, semua kalimat bahasa Inggris berasal dari jenis-jenis
kalimat inti dengan berbagai perubahan dan kombinasinya. Konsep kernel inilah
yang pertama menarik perhatian para psikologis.
dalam
dua kutipan terakhir, disebut dua macam tranformasi yaitu transformasi wajib
dan transformasi pilihan. Ini perlu dijelaskan dahulu.
Obligatori
transformation mengacu pada ciri-ciri sintaksis yang wajib dalam kalimat
seperti:
1. Concord(agreement) atau
kesesuaian antar verb dan naoun dalam jumlah;
2. Pendayagunaan
kata bantu do dalam pembentukan
kalimat negatif dan introgatif.
Jelaslah
bahwa semua rangkaian (kernel string)
harus mengikuti transformasi ini supaya kalimatnya gramatik dan diterima.
Optional transformation mengacu
kepada transformasi yang boleh dilakukan dan bisa juga tidak, seperti:
1. Transformasi
aktif menjadi pasif
2. Transformasi
kalimat deklaratif menjadi negatif dan introgatif.
Optional transformation tidak diperlukan
untuk pembentukan kalimat, tetapi bergantung pada pilihan si penutur.
Transformasi ini terbagi dua, yaitu (a) singular
transformation, yaitu transformation dari suatu rangkaian seperti
transformasi pasif, kalimat negatif dan introgatif dan (b) generalized transformasi yaitu yang dipakai untuk menghubungkan
rangkaian-rangkaian yang mendasari dua atau lebih dari dua kalimat untuk
membentuk kalimat majemuk setara atau bertingkat. Contoh generalized
transformasi adalah pembentukan kalimat majemuk berikut.
The girl is unloved
The
girl who is unloved bit John.
The girl bit John
Setelah
melihat pengertian dan macam-macam transformasi di atas, kernel sentence itu di
tandai oleh (1)simple, (2) active (3) affirmative dan (4) declarative
yang semuanya ini mendasari obligatory
transformation. Kita bisa menyusun kalimat-kalimat dalam bentuk baru
seperti kalimat pasif, negatif, introgatif dan kalimat majemuk (kombinasi
kaimat inti) seprti berikut ini:
Kalimat inti
|
Kalimat transformasi
|
A man is at the door
|
There is a man at the door
|
Yuo are busy
|
Are you busy?
|
He reads fast
|
Does he read fast?
|
John works there
|
Who works there?
|
John ate the candy
|
The candy was eaten by John.
|
The man bought the car
|
I know the man who bought the
|
I know the man
|
car
|
Kalimat
pasif adalah kalimat transformasi atau kalimat jadian dari kalimat aktif,
keduanya mempunyai struktur batin. Struktur
transformational garammar yaitu:
Semantic interpretation
phonetic reprecentation
Gambar diatas dibaca sebagai berikut: sintaksis
merupakan komponen terpenting dalam TG. Sintaksis ini membawahkan dua komponen
lain, yaitu semantik dan fonlogi. Dari sintaksis ke semantik, diantarai oleh
struktur batin dan antara sintaksis dan fonologi diantarai struktur lahir.
Kemudian dari komponen semantiklah penafsiran semantik. Demikian pula dari
komponen fonologi, lahir perlambangan fonetik. Diagaramnya sbb:
phonetic
description
deep
structure semantic
description
gambar diatas dibaca sebagai berikut:
kita mulai dari PS (phrase structure
rules) terjadi transformasi, terus menghasilkan komponen ponologis dan
berakhir pada pemerian fonetik.
Dari deep
structure pun, terhasilakan komponen semantik dan berakhir pada pemerian
semantik. Berikut ini diagram pembentukan diagram kernel sentence.
phonentic
descripti
semantic
description
Gambar
di atas dibaca sebagai berikut: kernel
sentence mematuhi PS rules,
tetapi tidak mengalami transformasi pilihan; hanya transformasi wajib. Dari
transformasi ini, lahir komponen fonologi dan berakhir pada pemerian fonetik.
Dari PS rules pun, terlahirkan komponen semantik dan terakhir pada pemerian
semantik. Berikut ini diagram pembentukan kalimat majemuk.
|
|
|
|
semantic
description
Gambar diats dibaca sebagai berikut:
dimulai dari PS rules yang menjalani transformation pilihan dan transformation
wajib, terus menghasilkan komponen fonologis dan terakhir pada pemerian fonetik
dan terakhir pada pemerian semantik.
8. Kaidah Morfofonemik (Morphophonemic Rules)
Bagian ini diturunkan oleh TG untuk
menyajikan seperangkat aturan untuk mengubah siombol-simbol pada rangkaian
akhir(terminal strings) ke dalam
penyajian dari bentuk ujaran sebenarnya. Untuk memudahkan penyajian, terminal strings dari kaidah struktur
frase ataupun kaidah transformasi dianggap seolah-olah terdiri atas kata-kata
nyata.
Unit-unit dalam terminal strings itu seperti telah kita amati adalah apa yang biasa
dikenal dengan morfem unit terkecil dari anafisis gramatik, atau unit terkecil
yang memiliki arti sebagai contoh, kita lihat butir-butir ini,
1. Singer : sing + er
Dancer : dance + er
2. Books :
book + s
Pencil : pencil + s
3. Men :
man + pl
Sheep : sheep + pl
Took : take
+ past tense dsb
Chomsky menurunkan morphophonemic rules dalam
upaya mengubah morfem-morfem abstrak diatas menjadi bunyi-bunyi fonetik yang
terdengar pada ujaran. Chomsky pun sejauh tertentu mengikuti gagasan fonem
(seprti gagasan pembedaan b dan v dalam ban dan van) . sedangkan
bunyi k dalam cat, cool, dan wreck
misalnya walaupun secara fonetik memiliki perbedaan, mereka dianggap satu fonem
yang sama sebab perbedaan ini tidak mengakibatkan perbedaan makna. Satu hal
yang menarik adalah bahwa bagi penutur yang tidak terbiasa dengan linguistik,
semua k yang dicontohkan dalam cat, cool, dan wreck adalah sama saja,
walaupun ada terdapat perbadaan artikulatori ataupun akustiknya (kaji banding
dengan green 1972:44).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tiap
penutur bahasa, yang normal memiliki kemampuan (competence) bahasa. Dengan
kemampuan ini dia dapat membentuk kalimat-kalimat baru dan memahami
kalimat-kalimat yang belum pernah ia dengar. Tata bahasa adalah seperangkat
kalimat. Setiap kalimat terdiri dari sejumlah unsur dasar yang mempunyai
struktur tertentu dan tiap kalimat dapat diwujudkan berkali-kali secara
teoritis tanpa batas. Bahasa mengandung struktur lahiriyah dan struktur
batiniyah.
mencapai kategorisasi dan simplikasi
ujaran-ujaran dengan proses idenifikasi kesatuan-kesatuan yang berulang-ulang
hingga menimbulkan seperangkat abstrak jenis-jenis ujaran.
B. Saran
Pada
penulisan makalah kelompok kami masih jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan
tulisan ini kepada pembaca dan semoga bermanfaat. kami harapkan kritik dan
saran agar kami dapat memperbaikinya. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.
Chaedar.2011. Beberapa Mahzab dan
Dikotomi Teori Linguistik.Angkasa:Bandung.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar
Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
1. Revolusi
1957..................................................................................................... 3
2. Tujuan
Teori Linguistik....................................................................................... 4
3. Data
Linguistik................................................................................................... 5
4. Generative........................................................................................................... 9
5. Ketidakterbatasan
(Infinity)................................................................................. 13
6. Eksplisit............................................................................................................... 15
7.
Kaidah Struktur Frase (Phrase Structure Rules)................................................. 15
8. Transformasi........................................................................................................ 16
9. Kaidah
Morfofonemik (Morphophonemic Rules)............................................... 22
BAB
III PENUTUP 24
A. Kesimpulan......................................................................................................... 24
B. Saran................................................................................................................... 24
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................... 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar