Kamis, 24 Januari 2013

Tata Bahasa Transformasi



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tata Bahasa dan Transformasi” , semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca dapat memahaminya secara luas.
            Berbagai sumber referensi dasar untuk memperkuat pembahasan dan membangun kerangka penyajian yang komperehensif, agar mudah dipahami dan dapat memenuhi harapan pembaca.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan baik dari segi teknis maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi pembuatan makalah selanjutnya. Oleh karena itu, penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai paham pembelajaran dan berguna bagi pembacanya.

Cirebon, 8 Januari 2013



Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Dunia ilmu, termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis melainkan merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus sesuat dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu mencari kebenaran yang hakiki. Begitulah, linguistik struktural lahir karena tidak puas dengan pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistik tradisonal dalam menganalisis bahasa.
Sekian puluh tahun linguistik struktural digandrungi sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa, walaupun model struktural itu pun tidak hanya satu macam. Kemudian orang pun merasa bahwa model struktural juga banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba merevisi model struktural itu disana-sini, sehingga lahirah aliran lain yang agak berbeda , meski banyak persamaannya, dengan model struktural semula.
Perubahan total terjadi dengan lahirnya linguistik transformasional yang mempunya pendekatan dan cara yang berbeda dengan linguistik struktural . namun, kemudian model transformasi itu pun dirasakan orang banyak kelemahannya, sehingga orang membuat model lain pula, yang dianggap lebih baik, misalnya model semantik generatif, model tata bahasa kasus, model tata bahasa relasional dan model tata bahasa stratifikasi.





B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang terjadi di revolusi 1957 ?
2.      Apa tujuan teori linguistik ?
3.      Apa data linguistik ?
4.      Apa yang dimaksud dengan generative ?
5.      Seperti apa ketidakterbatasan ?
6.      Apa yang dimaksud dengan ekplisit ?
7.      Bagaimana srtuktur frase ?
8.      Apa yang dimaksud dengan transformasi ?
9.      Apa yang dimaksud dengan kaidah morfofonemik ?

C.       TUJUAN
1.      Mengetahui Revolusi 1957
2.      Memahami Tujuan Teori Linguistik
3.      Mengetahui Data Linguistik
4.      Mengetahui Generative
5.      Memahami Ketidakterbatasan (Infinity)
6.      Memahami Eksplisit
7.      Mengetahui Kaidah Struktur Frase (Phrase Structure Rules)
8.      Memahami Transformasi
9.      Mengetahui Kaidah Morfofonemik (Morphophonemic Rules)










BAB II
PEMBAHASAN


1.        Revolusi 1957
Pengaruh teori Chomsky dengan bukunya yang pertama Syntactic Structure (1957) dianggap sebagai revolusioner dalam arena ilmu bahasa khususnya di Amerika. Pada tahun itu aliran linguistik yang sedang banyak berperan adalah struktural. Selain itu pemerian-pemerian bahasa pada pokoknya mengikuti dua kerangka kerja, yaitu mulai dengan teks atau dengan contoh. Seorang linguis mulai memberikan bahasa mulai dengan teks tertentu, terus mengenal kategori-kategori dalam teks itu, lalu menganalisisnya butir demi butir. Atau dia menekuni bahasa menurunkan garis besarnya yang menyeluruh dari kategori-kategorinya, lalu memberikan ilustrasi dengan contoh-contohnya
     Kalau dua cara kerja di atas dikaji banding, yang pertama memiliki ukuran validitas lebi sempit, tetapi memiliki ketepatan yang lebi besar. Ini menurunkan informasi yang lebih tepat dari peristiwa-peristiwa yang kurang banyak karena hanya melihat peristiwa yang teramati dalam teks saja. Transformtional grammar (TG) menampilkan cara yang kedua. Ia menurunkan teori generative model pemeriannya ditampilkan dalam seperangkat aturan-aturan untuk membangkitkan kalimat. Gagasan pokok aliran ini bisa dimengarti sekalipun oleh orang yang belum memiliki pengalaman tentang ujaran (yanag diselidiki). Menurut Chomsky di sinilah kelebihan aliran ini dari pada traditional grammer.
     Kelompok struktural, khususnya bloomfield, berpendapat bahwa keilmuan linguistik bergerak mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.    Observasi
2.    Laporan observasi
3.    Pernyataan-parnyataan hipotesis
4.    Perhitungan
5.    Pendugaan
6.    Uji coba dugaan-dugaan dengan observasi lanjut

Gagasan Chomsky dianggap revolusioner karena bahasa telah didefinisikan kembali. Bahkan tidak lagi dianggap sebagai korpos ujaran semata, tetapi lebih merupakan pranata abstrak dari aturan-aturan yang mendasari ujaran itu.


2.        Tujuan Teori Linguistik
Telah disepakati bahwa linguis adalah seorang ilmuan yang mempunyai pokok bahasa. Dia bertigas menganalisis dan mengklasifikasikan fakta-fakta ujaran dengan cara sedemikian rupa hingga bisa menerangkan segala ujaran yang diucapakan.
Mudah dipahami bahwa tujuan analisis lingustik adalah untuk mencapai kategorisasi dan simplikasi ujaran-ujaran dengan proses idenifikasi kesatuan-kesatuan yang berulang-ulang hingga menimbulkan seperangkat abstrak jenis-jenis ujaran.
Butir revolusioner Chomsky kedua, yaitu: linguistik tidak lagi merupakan ilmu yang mengklasifikasikan (data) tetapi bersifat menerangkan (bahasa), dengan penggertian bahwa tugas utama lingus bukan lagi mengumpulkan dan mengklasifikasikan ujjjaran, tetapi berusaha memformulasikan teoti yang menyemesta dari bahasa, yang pada gilirannya dipakai untuk menghasilkan teori yang eksplisit daristruktur sistem yang mendasari tingkah laku bahasa seorang penutur.



3.        Data Linguistik
Data linguistik dalam penelitian apapun memegang peranan yang sangat penting. Ia tidak saja berfungsi sebagai pengarah jalannya penelitian tetapi lebih sebagai pisau analisis yang akan digunakan dalam "membedah" data dari konteksnya. Dan tidak bisa keluar dari lingkaran dan ujaran, khususnya mengenai makna. Pembatasan pada data ujaran ini mempunyai dalih untuk mengejak nkeobyektifan, dan sebagai reaksi terhadap pendekatan tradisional grammar yang selalu berorientasi pada makna.
Sudaryanto (1993) mengemukakan dua metode data dalam penelitian linguistik yaitu
1.                   metode padan
2.                   metode agih
 Alat penentu metode padan, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Alat penentu yg dimaksud dapat dikelompokkan atas lima sub jenis yaitu
a.                    alat penentunya referensial (metodenya disebut referensial)
b.                   alat penentunya berupa organ wicara (nama metodenya fonetis artikulatoris)
c.                   alat penentunya langue lain (metodenya bernama translasional)
d.                  alat penentunya tulisan (nama metodenya ortografis
e.                    alat penentunya mitra wicara (metodenya bernama pragmatis)
Alat penentu metode agih adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode ini dapat dikelompokkan atas tujuh sub jenis yaitu pertama teknik lesap, yaitu dengan cara melesapkan atau menghilangkan unsur-unsur tertentu  dalam satuan lingual tertentu. Teknik kegunaan teknik ini adalah untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Sebagai contoh, satuan lingual grande ‘besar” pada  une grande maison ‘rumah besar’ bersifat tidak inti sementara unsur maison bersifat inti.
une grande maison                        
     *une grande
     une maison

ada berbagai macam teknik yaitu :
1.                  teknik ganti yaitu dengan cara menggantikan satuan lingual dengan satuan lingual lain. Teknik ini memiliki kegunaan kadar kesamaan kelas kata atau kategori unsur yang terganti dengan yang mengganti. Sebagai contoh, kata le livre memiliki kesamaan kategori dengan le portable dan le sac karena ketiganya dapat saling menggantikan, tetapi tidak bentuk aller, dan gentil
 Le livre
      Le portable    
      Le sac      est sur la table
     *aller
     *gentille

2. teknik perluas, yaitu dengan cara memperluas satuan lingual tertentu ke kanan atau ke kiri. Teknik ini berguna untuk mengetahui kesamaan semantis satuan lingual tertentu. Sebagai contoh, kata sommet dengan kata cime yang bermakna ‘bagian tertinggi atau puncak’ tampak sebagai padanan kata, tetapi memiliki perbedaan semantis karena
 Le sommet d’un arbe
     La cime d’un arbre
     Le sommet de l’echelle sociale
    *la cime de l’echelle sociale

3. teknik sisip yaitu dengan cara menyisipkan satua lingual tertentu diantara dua satuan lingual yang berdampingan. Teknik ini berguna untuk mengetahui kadar keeratan hubungan kedua unsur yang dipisahkan. Sebagai contoh, satuan homme dan brave memiliki tingkat keeratan  yang rendah karena bisa disisipi untuk lain, sementara satuan chemin dan de fer memiliki tingkat keeratan yang tinggi.
Un homme très brave
     *Un chemin sefait  de fer

4. teknik balik yaitu dengan cara membalik posisi atau letak satuan lingual tertentu dari satuan lingual lainnya. Guna teknik ini adalah untuk mengetahui kadar ketegaran letak satuan lingual yang dibalik. Sebagai contoh, satuan penanda temporal hier, memiliki ketegaran letak yang rendah, sementara pronomina subjek memiliki tingkat ketegaran tinggi.
Hier je suis allé à Jakarta
    Je suis allé à Jakarta hier
   Je suis allé, hier, à Jakarta
  *Suis je allé à Jakarta hier
  *suis allé à Jakarta hier, je

5.  teknik ubah ujud yaitu dengan cara memparafrasekan satuan lingual sehingga memiliki bentuk lain yang memiliki pesan yang sama. Salah satu kegunaan teknik ini adalah untuk mengetahui satuan makna konstituen sintaksis yang disebut peran sintaktik. Seperti pada contoh satuan la clé, dengan beragam wujud sintaktik, tetap berperan instrumental.

On utilise la clé pour ouvrir la porte
     La clé ouvre la porte
    La porte est ouvert à clé
   Il se sert d’une clé pour ouvrir la porte

6.  teknik ulang yaitu dengan cara mengulang satuan lingual tertentu. Guna teknik ini adalah untuk mengetahui kejatian atau identitas satuan lingual tertentu. Dalam bahasa perancis, teknik ini sangat jarang digunakan, karena dalam morfologis bahasa Perancis, tidak dikenal adanya bentuk perulangan kata (meskipun ada bentuk pengulangan bunyi dan silabe karena pengaruh onomatope). Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya bentuk
 Rumah  >>  rumah-rumah (jamak)
     Makan  >> makan-makan  (perbuatan yang tak pasti)
    Cantik >> cantik-cantik (semuanya cantik).


3.      Generative
GENERATIVE mengandung dua makna yaitu :
1. Produktivitas dan kreativitas bahasa adalah sesuatu yang
dihasilkan penutur  tanpa terikat oleh berbagai unsur  bahasa itu sendiri
2. Keformalan dan dan eksplisit dari sudut pandang ini dapat
dikatakan bahasa dikombinasikan atas unsur  dasar berupa (Fonem, morfem,
dan lain sebagainya)
Adapun Gramatika mempunyai pengertian keseluruhan kaidah yang ada pada
jiwa pemakai bahasa yang mengatur serta berfungsi untuk melayani pemakai
bahasa
Berdasarkan pengertian tersebut diatas teori Generatif Grammar mempunyai
beberapa tipe dan yang terpenting adalah tranformasi.
 Chomsky mendasarkan teorinya ini atas dasar asumsi bahwa bahasa menjadi
bagian dari komponen manusia dan produk khas akal manusia. Karena unsur
yang membedakan manusia dengan hewan adalah kecerdasan dan kemampuannya
berfikir.
 Bagi Chomsky  tata bahasa merupakan system kaidah yang
menghubungkan bunyi dan arti. Dan tata bahasa itu harus memenuhi dua
syarat , yakni :
1. Kalimat yang muncul harus berfungsi dalam ujaran, sebagai
kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat
2. Tata bahasa tersebut harus bersifat umum dan tidak
berdasarkan pada gejala bahasa tertentu
Baginya kemampuan berbahasa pada manusia bukanlah produk (setting) melainkan potensi bawaan manusia sejak lahir.
 Teori ini ia kemukakan sebagai hasil dari penelitian yang ia lakukan pada
 perkembangan berbahasa seorang anak dalam hal pemerolehan bahasa
berdasarkan /teori hipoteseis atau teori kodrati
Melalui pendekatan nativis Chomsky mengemukakan bahwa adanya ciri-ciri
bawaan bahasa untuk menjelaskan pemerolehan bahasa asli pada anak dalam
tempo begitu singkat sekalipun ada sifat amat abstrak dalam
kaidah-kaidah bahasa tersebut
Seorang anak dapat menguasai bahasa ibunya dengan mudah dan cepat,
bahkan pengetahuan itu juga diikuti oleh sense of language dari bahasa
itu, yang lebih mengarah pada keterampilan dalam tata bahasa. Mereka
dapat mengenal bahasa itu sehingga mampu merangkai kalimat dengan tepat,
meski mereka tak mungkin bisa menjelaskannya.
Hal itu, ia yakini sebagai kemampuan naluriah yang diberikan oleh Tuhan
kepada manusia. Suatu hal yang mustahil bila kemampuan itu dianggap
sebagai hasil pembelajaran, dari alam atau kedua orang tuanya.
Penguasaan terhadap tata bahasa sebuah bahasa bukanlah hal yang mudah,
terlebih untuk tingkat kanak-kanak.
Menurut Chomsky, focus teori bahasa adalah upaya menandai kemampuan
abstrak yang dimiliki pembicara, memungkinkan pembicara menggunakan
kalimat-kalimat yang secara gramatikal benar dalam suatu bahasa
Kaidah-kaidah yang sangat Chomsky perhatikan ini mencakup atas
(fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis dan makna-makna). Tetapi, Chomsky lebih focus pada aspek amaliyah atau praktik dari kaidah sintaksis dan morfologi secara khusus.
 karena menurutnya aspek amaliahlah yang asli dan pokok berupa kalimat
yang menjadi pokok untuk membentuk bahasa dan analisa bahasa, kemudian
kepadanya kaidah-kaidah fonetik dan makna-makna itu didasarkan
Teori Generatif i yang diletakan oleh Chomsky adalah teori
modern paling menonjol yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan
masalah kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan
pengetahuan Bahwa manusia lahir dengan kapasitas genetic juga mempengaruhi kemampuan
kita memahami bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah
kontruksi system bahasa yang tertanam dalam diri kita. Menurut Chomsky,
pengetahuan bawaan ini diumpakan dengan “kotak hitam kecil” di otak,
sebagai sebuah perangkat pemerolehan bahasa atau language acquisition
device (LAD). McNeill (1966) memaparkan LAD meliputi empat perlengkapan
linguistic bawaan
1. Kemampuan membedakan bunyi wicara dari bunyi-bunyi lain di
lingkungan sekitar
2. Kemampuan menata data linguistic ke dalam berbagai kelas yang
bis adisempurnakan kemudian
3. Pegetahuan bahwa hanya jenis system linguistic yang mungkin
sedang yang lainnya tidak
4. Kemampuan untuk terus mengevaluasi mengevaluasi system
linguistic yang berkembang untuk membangun kemungkinan system paling
sederhana berdasarkan masukan linguistic yang ada
Walaupun harus diakui bahwa LAD secara harfiah bukanlah segugus sel otak
yang bisa ditunjuk dan ditentukan letaknya dan ditentukan letaknya.
Namun demikian, para Chomskyan berpendapat bahwa gagasan tentang bakat
linguistic bawaan sepenuhnya cocok dengan teori generative; anak-anak
diyakini memanfaatkan kemampuan bawaan untuk menghasilkan sejumlah
ujaran yang kemungkinannya tak terbatas.
Untuk melanjutkan penyelidikan tentang hal ini, maka kaum nativis
melakukan sebuah penelitian yang kemudian dikenal sebagai “tata bahasa
universal “ (universal grammar). Hal ini berkaitan erat dengan masalah
logika bahasa (input bahasa) dan kemampuan berbahasa, dalam pandangan
Chomsky dan para pendukungnya, terkandung istilah yang dinamakan
“kaidah-kaidah alami universal”  (the innate universal grammar)”.
Kaidah alami-universal ini merupakan kemampuan akal yang tertata yang
dengannnya manusia bisa mengetahui kaidah-kaidah bahasa tanpa
mempelajari kaidah-kaidah ini dalam bentuk teori tradisional
Pada umumnya, semua bahasa memiliki kesamaan kaidah-kaidah dan system
yang bersifat universal dan tidak ada kekhususan bagi bahasa tertentu
yang terdapat pada anak, meskipun berbeda bahasa dan pendidikannya.
Artinya, kaidah ini mengandung system yang permanen yang ada dalam akal
manusia
Karena itu, pemerolehan kaidah-kaidah ini merupakan kemampuan kodrati
yang dimiliki semua orang yang normal, apapun bahasa ibunya, atau apapun
budan dan tingkat pendidikannya.


4.      Ketakterbatasan (infinity)
Korpus, bagaimanapun besarnya, merupakan sejumlah kalimat yang terbatas, sedangkan kalimat dalam satu bahasa tidak terbatas. Keterbatasan ini terpulangkan pada apa yang disebut recursion bahwasanya alat linguistik yang sama bisa dipakai secara berulang-ulang. Satu contoh yang sering disebut ialah seperti :

This is house.
This is the house that jack built.
This the corn that lay in the house –that jack built.
This is the rat that ate corn that lay in the house that jack built.
This is the that . . . dsb.

Ini bisa diteruskan sampai tak terhingga. Hal serupa bisa pula dalam menambahkan kata sifat pada kata benda, seperti :

the old man
the little old man
the clever little old man. . .dsb.

kalaulah jumlah kalimat takterbatas, tidaklah berarti bahwa bahwa grammar-nya tak terbatas pula. Justru grammar-nya memiliki seperangkat aturan yang terbatas seperti seperangkat angka 0-9, tetapi mampu membangkitkan segala kalimat takterbatas, seperti seperangkat bilangan yang takterbatas. Fenomena inilah yang dicoba dianalogikan dengan dua deret bilangan di atas tadi. Transformational Grammar menyajikan karakterisasi maternatis dari kompetensi yang dimiliki para pemakai bahasa tertentu.
Di atas disebut, grammar harus sanggup membangkitkan semua kalimat yang mungkin. Kalau keharusan ini di penuhi, kita memiliki apa yang diistilahkan observational adequacy atau weak adequacy. Disebut lemah karena banyak kalimat yang secara jelas dan takbisa diterima. Jadi, harus disusun grammar yang meungkinkan kalimat yang bisa diterima. Inilah yang Chomsky sebut weak adequacy.
Disebut pula grammar harus mencerminkan pengetahuan intuisi mengenai bahasa itu atau dengan perkataan lain, grammar harus mampu menyatakan pengetahuan ini ndalam kisi-kisi mekanisme generatif, umpamanya mampu membedakan kalimat yang berdwiarti dan tidak, atau kalimat yang secara sintaksis sama tetapi semantik tidak sama. Kalau grammar memenuhi kemestian ini, grammar itu memenuhi deskriptive adequacy dan strong adequacy. Untuk memenuhi strong adequacy ini, gaya distributional dalam menyusun prosedur mekanistis dalam penemuan grammar harus ditinggalkan (Ducrot & Tudorov 1981:39,40).


5.      Eksplisit
TG harus eksplisit artinya grammar ini menyajikan sejumlah misalnya tentang :
a.       Apa kalimat
b.      Apa struktur internal kalimat
c.       Bagaimana kalimat dinyatakan secara fonetik
d.      Bagaimana kalimat ditafsirkan secara semantik
e.       Kalimat-kalimat apa yang ditafsirkan sama
f.       Kalimat-kalimat apa yang ditafsirkan berbeda kalau penampilan lahirnya sama.
Tentunya, tidak ekonomis untuk menyusun gramatik  tentang kebahasaan seperti diatas. Akan tetapi, dengan seperangkat aturan yang generatif tadi segala masalah seperti tercantum di atas akan terwadahi, berkat adanya recursiveness atau recursion yang disebut terdahulu.


6.      Kaidah Struktur Frase (Phrase Structure Rules)
Komponen yang paling mendalam dalam TG adalah sintaksis penyusunan kalimat. Sintaksislah yang member tahu kita bagaimana kata-kata yang mengacu pada konsep itu  saling berhubungan dengan eratnya.
     Dalam komponen sintaksis, ada dua jenis kaidah pokok yaitu (1) phrase structure rules, dan (2) transformational rules. Perlu sekali lagi disimak bahwa gagasan dasar dalam syntactic structure adalah bahwa: system kaidah-kaidah gramatik untuk menghasilkan kalimat-kalimat dan penyusunan pemberian struktur mesti terdiri atas tiga bagian, yaitu phrase structure rules, transformational rules dan mophrophonemic rules.
     Kaidah struktur frase bisa pula diartikan sebagai teori unsure bawahan langsung. Ini memperhatikan bagaimana kalimat itu disusun dengan tata urutnya. Karena tujuan kita akan menghasilkan kalimat-kalimat, kaidah dalam bentuk rumus ini dimulai dengan kalimat (S = sentence). Kaidah itu sendiri dinyatakan dalam symbol atau seperangkat symbol sebelah kanan tanda panah. Panah itu berarti tertulis kembali
atau terdiri atas.
     Dimulai dengan aksioma S dan terus mengikuti symbol akhir (terminal symbols yang tidak bisa diuraikan lebih lanjut – dalam hal ini. Kata). Anda bisa menghasilkan (to generate) kalimat semau anda.
     Seperangkat aturan diatas ini dikatakan saripati atau berasal mula dari kalimat; dalam hal ini The man read a book. Dalam pembahasan ini, sering ditemui istilah string, yaitu deretan symbol, dan terminal string, adalah deretan symbol terakhir yang tidak bisa diuraikan lebih jauh. Dalam contoh diatas terminal stringnya adalah the + man + read + a + book.


7.      Transformasi
Transformasi generatif sebelum lahirnya TG khususnya taxonomic gramar pada pokoknya berkenaan dengan analisis kalimat yang dipecah menjadi beberapa bagian dengan pemerian fungsinya. Satu kelemahan cara ini adalah memungkinkan adanya dua kalimat yang diberi pemerian sama. Atau tepatnya, dua korpus yang sebenarnya memeiliki perbedaan hakiki disimpulkan sama. Kita tekuni contoh populer sepasang kalimat ini:
     The man is eager to please.
     The man is easy to please.
Menilik strukturnya, keduanya persis sama, keduanya berpola kalimat sama, yaitu S + to be + adjective +to infinitive.yang berbeda hanyalah kosa kata ajektive:
Eager
                                         The man is                          to please
                                                                 Easy
     Kalau kita kaji lebih teliti, ternyata kedua kata sifat eager dan easy memiliki kedalaman semantik tersendiri dan juga membawa dampak struktural sintaksis yang mandiri pula. Buktinya lebih kedua kalimat di atas diungkapkan dengan cara lain,tetapi dibahasakan dengan pola yang sama, kedua kalimat tersebut jelas berbeda.
     Bila kita menggunakan IC analysis, kedua kalimat diatas akan diperlakukan sama, padahal ada kedalaman yang berbeda. Barangkali kita menyimpulkan begini. Dalam kedua kalimat di atas, the man mempunyai dua peran yang berbaeda. Pada kalimat pertama, the man yang melakukan pekerjaan pleasing ; pada kalimat kedua, the man yang menjadi objek pleasing. Dengan dibahasakan dalam gaya TG, kita katakan bahwa the man sebagai underlying subject kalimat pertama dan sebagai underlying object kalimat kedua.
Contoh lagi :
Visiting relatives could be a nuisance.
     Kalimat diatas bisa saja diterngkan sebagai berikut: visiting relatives berfungsi sebagai subjek, cuold sebagai predikat, a nuisance  sebagai komplemen.
     Persoalannya: siapakah yang menjadi gangguan (a nuisance) itu? Jawabanya bisa (1) saudara yang berkunjung atau (2) mengunjungi saudara  yang menjadi gangguan. Persoalan ini tidak terjawab oleh analisis di atas. Inilah akibat dari analisis yang hanya memandang struktur lahir bahasa. Mengapa tidak memandang struktur batinnya? Inilah salah satu yang ingin dijawab oleh madhab TG. Dan banyak kalimat lain yang membawa kesulitan seperti di atas tadi.
     Semakin tampaklah alasan kuat kritik kaum TG, bahwa IC analysis tidak mampu atau tiada berminat untuk menangani masalah makna. Chomsky menyatakan bahwa analisis gramatik harus dilakukan pada dua level, yaitu (1) struktur lahir kalimat dan (2) struktur yang mendasari kalimat,jadi hanya TG-lah yang menuangkan pandangan-pandangan struktur batin bahasa, disamping menangani hubungan-hubungan lahiriyah. Sebaliknya, kita teliti sepasang kalimat di bawah ini.
1.    John saw mary.
2.    Mary, was seen by John.
     Jelas secara gramatik kedua kalimat di atas amat sangat berbeda. Namun walaupun struktur lahirnya, bukanlahstruktur batinnya sama. Si Johnlah yang melihat Mary. Dengan demikian, kalaimat (1) telah berubah menjadi (2) denagn suatu proses transformasi aktif menjadi pasif. Inilah salah satu contoh gagasan transformasi. Bisa saja, anda mengambil kasus-kasus lainya yang serupa, tapi barangkali rumus umumnya adalah: kita ubah posisi frase kata benda dan masukkan  by sebelum frase kat benda dalam pasifnya dan kita ubah pula kata kerja aktif menjadi pasif, inilah apa yang Chomsky sebut transformation.
     Dalam teori yang paling sederhana, dapatlah diajukan bahwa transformasi adalah pengembangan satu kalimat menjadi kalimat lain. Kalimat yang dikembangkan itu disebut kalimat inti. Menurut para transformationalis, semua kalimat bahasa Inggris berasal dari jenis-jenis kalimat inti dengan berbagai perubahan dan kombinasinya. Konsep kernel inilah yang pertama menarik perhatian para psikologis.
dalam dua kutipan terakhir, disebut dua macam tranformasi yaitu transformasi wajib dan transformasi pilihan. Ini perlu dijelaskan dahulu.
     Obligatori transformation mengacu pada ciri-ciri sintaksis yang wajib dalam kalimat seperti:
1.    Concord(agreement) atau kesesuaian antar verb dan naoun dalam jumlah;
2.    Pendayagunaan kata bantu do dalam pembentukan kalimat negatif dan introgatif.
Jelaslah bahwa semua rangkaian (kernel string) harus mengikuti transformasi ini supaya kalimatnya gramatik dan diterima.
Optional transformation mengacu kepada transformasi yang boleh dilakukan dan bisa juga tidak, seperti:
1.    Transformasi aktif menjadi pasif
2.    Transformasi kalimat deklaratif menjadi negatif dan introgatif.
     Optional transformation tidak diperlukan untuk pembentukan kalimat, tetapi bergantung pada pilihan si penutur. Transformasi ini terbagi dua, yaitu (a) singular transformation, yaitu transformation dari suatu rangkaian seperti transformasi pasif, kalimat negatif dan introgatif dan (b) generalized transformasi yaitu yang dipakai untuk menghubungkan rangkaian-rangkaian yang mendasari dua atau lebih dari dua kalimat untuk membentuk kalimat majemuk setara atau bertingkat. Contoh generalized transformasi adalah pembentukan kalimat majemuk berikut.

The girl is unloved
                                         The girl who is unloved bit John.
The girl bit John
Setelah melihat pengertian dan macam-macam transformasi di atas, kernel sentence itu di tandai oleh (1)simple, (2) active (3) affirmative dan (4) declarative yang semuanya ini mendasari obligatory transformation. Kita bisa menyusun kalimat-kalimat dalam bentuk baru seperti kalimat pasif, negatif, introgatif dan kalimat majemuk (kombinasi kaimat inti) seprti berikut ini:
Kalimat inti
Kalimat transformasi
A man is at the door
There is a man at the door
Yuo are busy
Are you busy?
He reads fast
Does he read fast?
John works there
Who works there?
John ate the candy
The candy was eaten by John.
The man bought the car
I know the man who bought the
I know the man
car

Kalimat pasif adalah kalimat transformasi atau kalimat jadian dari kalimat aktif, keduanya mempunyai struktur batin. Struktur transformational garammar yaitu:


 



                          


 


Semantic interpretation                                                                          phonetic reprecentation
Gambar diatas dibaca sebagai berikut: sintaksis merupakan komponen terpenting dalam TG. Sintaksis ini membawahkan dua komponen lain, yaitu semantik dan fonlogi. Dari sintaksis ke semantik, diantarai oleh struktur batin dan antara sintaksis dan fonologi diantarai struktur lahir. Kemudian dari komponen semantiklah penafsiran semantik. Demikian pula dari komponen fonologi, lahir perlambangan fonetik. Diagaramnya sbb:




Rounded Rectangle: Phonological component                                                                                                                    phonetic
Rounded Rectangle: SR RULES                                                                                                                    description
Rounded Rectangle: Semantic componentRounded Rectangle: Transformation                  deep
                 structure                                                                                      semantic
                                                                                                                    description
gambar diatas dibaca sebagai berikut: kita mulai dari PS (phrase structure rules) terjadi transformasi, terus menghasilkan komponen ponologis dan berakhir pada pemerian fonetik.
Dari deep structure pun, terhasilakan komponen semantik dan berakhir pada pemerian semantik. Berikut ini diagram pembentukan diagram kernel sentence.







Rounded Rectangle: PS RULES


Rounded Rectangle: Optional transformations
Rounded Rectangle: Obligatory transformations
 
Rounded Rectangle: Phonological component                                                                                                                                phonentic
Rounded Rectangle: Semantic component                                                                                                                               descripti








 


                                                                                                                      semantic
                                                                                                                      description
Gambar di atas dibaca sebagai berikut: kernel sentence mematuhi PS rules, tetapi tidak mengalami transformasi pilihan; hanya transformasi wajib. Dari transformasi ini, lahir komponen fonologi dan berakhir pada pemerian fonetik. Dari PS rules pun, terlahirkan komponen semantik dan terakhir pada pemerian semantik. Berikut ini diagram pembentukan kalimat majemuk.
Phonological component
 
Obligatory transformation
 
Rounded Rectangle: PS RULES                                                                                                                          Phonetic
Semantic component
 
Optional transformation
 
                                                                                                                          description


                                                                                                                     semantic
                                                                                                                     description
Gambar diats dibaca sebagai berikut: dimulai dari PS rules yang menjalani transformation pilihan dan transformation wajib, terus menghasilkan komponen fonologis dan terakhir pada pemerian fonetik dan terakhir pada pemerian semantik.


8.      Kaidah Morfofonemik (Morphophonemic Rules)
Bagian ini diturunkan oleh TG untuk menyajikan seperangkat aturan untuk mengubah siombol-simbol pada rangkaian akhir(terminal strings) ke dalam penyajian dari bentuk ujaran sebenarnya. Untuk memudahkan penyajian, terminal strings dari kaidah struktur frase ataupun kaidah transformasi dianggap seolah-olah terdiri atas kata-kata nyata.
Unit-unit dalam terminal strings itu seperti telah kita amati adalah apa yang biasa dikenal dengan morfem unit terkecil dari anafisis gramatik, atau unit terkecil yang memiliki arti sebagai contoh, kita lihat butir-butir ini,
1.      Singer     : sing + er
Dancer  : dance + er
2.       Books  : book + s
Pencil  : pencil + s
3.       Men   : man  + pl
Sheep  : sheep + pl
Took  : take  + past tense  dsb
Chomsky menurunkan morphophonemic rules dalam upaya mengubah morfem-morfem abstrak diatas menjadi bunyi-bunyi fonetik yang terdengar pada ujaran. Chomsky pun sejauh tertentu mengikuti gagasan fonem (seprti gagasan pembedaan b dan v dalam ban dan van) . sedangkan bunyi k dalam cat, cool, dan wreck misalnya walaupun secara fonetik memiliki perbedaan, mereka dianggap satu fonem yang sama sebab perbedaan ini tidak mengakibatkan perbedaan makna. Satu hal yang menarik adalah bahwa bagi penutur yang tidak terbiasa dengan linguistik, semua k yang dicontohkan dalam cat, cool, dan wreck  adalah sama saja, walaupun ada terdapat perbadaan artikulatori ataupun akustiknya (kaji banding dengan green 1972:44).












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tiap penutur bahasa, yang normal memiliki kemampuan (competence) bahasa. Dengan kemampuan ini dia dapat membentuk kalimat-kalimat baru dan memahami kalimat-kalimat yang belum pernah ia dengar. Tata bahasa adalah seperangkat kalimat. Setiap kalimat terdiri dari sejumlah unsur dasar yang mempunyai struktur tertentu dan tiap kalimat dapat diwujudkan berkali-kali secara teoritis tanpa batas. Bahasa mengandung struktur lahiriyah dan struktur batiniyah.
mencapai kategorisasi dan simplikasi ujaran-ujaran dengan proses idenifikasi kesatuan-kesatuan yang berulang-ulang hingga menimbulkan seperangkat abstrak jenis-jenis ujaran.

B.     Saran
Pada penulisan makalah kelompok kami masih jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini kepada pembaca dan semoga bermanfaat. kami harapkan kritik dan saran agar kami dapat memperbaikinya. Terimakasih.










DAFTAR PUSTAKA


Alwasilah, A. Chaedar.2011. Beberapa Mahzab dan Dikotomi Teori Linguistik.Angkasa:Bandung.





















 







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB   I   PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.    Latar Belakang.................................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C.    Tujuan................................................................................................................. 2
BAB   II  PEMBAHASAN........................................................................................... 3
1.      Revolusi 1957..................................................................................................... 3
2.      Tujuan Teori Linguistik....................................................................................... 4
3.      Data Linguistik................................................................................................... 5
4.      Generative........................................................................................................... 9
5.      Ketidakterbatasan (Infinity)................................................................................. 13
6.      Eksplisit............................................................................................................... 15
7.      Kaidah Struktur Frase (Phrase Structure Rules)................................................. 15
8.      Transformasi........................................................................................................ 16
9.      Kaidah Morfofonemik (Morphophonemic Rules)............................................... 22
BAB   III                                                                                                                         PENUTUP 24
A.    Kesimpulan......................................................................................................... 24
B.    Saran................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar